Sudah lebih
dari 10 tahun aku tinggal di Pekanbaru,
dengan segala bentuk kehidupan, dengan segala tingkah polahnya. Ragam
kenyamanan, kedamaian, serta kebersamaan aku temukan di kota Bertuah ini- istilah sering yang
disebut oleh banyak orang.
Mengenyam
pendidikan dari tingkat TK hingga SMA, aku jalani dengan penuh rasa senang dan
bahagia. Dan saat ini, aku bersekolah disebuah sekolah negeri yang kata orang
merupakan sekolah favorit, yaitu SMAN 1 Pekanbaru yang kata orang juga sekolahnya anak-anak
pejabat Riau dan anak-anak orang kaya. Karena aku sadar, bahwa aku hanya
seorang anak dari kalangan yang biasa saja, dimana orang tuaku hanyalah seorang
yang bekerja serabutan. Tapi
alhamdulillah , aku dapat masuk ke sana. Terima
kasih Pekanbaru!
Hari ke hari , aku
bersekolah melewati jalan-jalan utama dikota ini, yang semakin hari semakin padat dengan
berbagai jenis kendaraan. Hahaha... Kini Pekanbaru telah menjelma menjadi kota yang
dikenal di Indonesia setelah diselenggarakannya PON (Pekan Olahraga Nasional)
XVIII . Ditambah lagi dengan adanya jembatan layang atau yang dikenal dengan Fly Over. Jembatan layang tersebut begitu unik karena memiliki ukiran-ukiran khas melayu. Aku bangga dengan Pekanbaru
yang semakin hari penuh dengan geliat kehidupan.
Dari
jalan-jalan yang kulalui tadi, ada sebuah nama jalan yang sangat mengusik
hatiku, hingga terdapat keinginan sendiri untuk mengetahui sejarah dari pemilik nama tersebut.
Nama itu adalah
“Tuanku Tambusai”, yang apabila didengar merupakan sebuah nama yang begitu
berwibawa jugalah gagah. Dan setelah
kusimak , hampir di Kabupaten atau Kota di Riau menggunakan nama beliau dan
menjadikannya sebagai nama jalan utama dari masing-masing daerah tersebut.
Kini teknologi
begitu canggih, apapun berita yang kita inginkan akan mudah didapat. Melalui
internet, ku tulis nama “Tuanku Tambusai”, disanalah aku mendapatkan informasi
tentang “datuk” kita yang merupakan orang besar untuk negeri ini. Ternyata
beliau adalah Sang Pahlawan yang menentang kependudukan Belanda didaerah Rokan Hulu dengan pusat di Dalu-dalu bertempat di Benteng Tujuh Lapis.
Beliau terlahir 5 November 1784 di Kampar Riau, dengan nama
Muhammad Shaleh . Jika aku melihat dari bingkai gambar diri, beliau adalah
seseorang yang berwibawa, gagah, dengan penuh ketegasan yang merupakan seorang
pemimpin besar.
Tuanku Tambusai tentunya tak dapat dipisahkan dengan Benteng Tujuh Lapis yang merupakan tempat pertahanan dan mengatur strategi, sekaligus tempat untuk beristirahat bersama para pengikutnya.
Berdasarkan data yang telah kubaca dari berbagai sumber, awalnya benteng ini bernama Kubu Aur Duri yang dibangun tahun 1835 berada di Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Dengan luas
seperti sebuah perkampungan namun bertembok tebal dengan tujuh lapis terbuat
dari tanah liat yang berdiri kokoh dengan ketinggian delapan meter. Diperkuat
juga dengan ditambahnya penanaman bambu atau aur duri (bambu berduri) dan
dibuat parit sedalam sepuluh meter dengan posisi curam, diselingi jalan pintas
dan rumah-rumah jaga. Dibagian belakang
benteng, berhubungan langsung dengan Sungai Batang Sosoh. Disebaliknya juga penuh
dengan pepohonan yang tebal sehingga sulit dilewati. Membayangkan konstruksi
benteng itu, wajarlah kalau Belanda harus berkali-kali berusaha menaklukannya, karena
usaha penaklukan tersebut selalu gagal. Betapa hebat dan terencananya pembuatan Benteng
Tujuh Lapis ini, hingga sulit ditembus oleh musuh.
Melalui
pertempuran yang sengit, pada tanggal 28 Desember 1835 Benteng Tujuh Lapis
akhirnya jatuh ke tangan Belanda, namun Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri
lewat pintu rahasia dari kepungan Belanda dan sekutunya untuk mengasingkan
diri. Oleh Belanda beliau digelari “De Padrische Tijger van Rokan” atau yang
artinya "Harimau Padri dari Rokan". Gelar tersebut didapati karena beliau sulit
dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan pihak Belanda.
Dalam
pengasingan di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, pada tanggal 12 November
1882, beliau wafat.
Atas jasa-jasa
yang telah beliau perbuat, melalui surat keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia tanggal 7 Agustus
1985 NO.071/TK/Tahun 1995, Tuanku Tambusai diangkat menjadi seorang pahlawan
nasional. Hal ini merupakan sebuah penghargaan yang pantas disematkan didirinya mengingat beliau dengan penuh keikhlasan, kegigihan, serta pantang menyerah berusaha untuk
mempertahankan salah satu bagian dari “tumpah darah” Indonesia.
Setelah satu
abad berlalu, bagaimanakah keadaan Benteng Tujuh Lapis yang merupakan bagian
dari perjuangan bangsa Indonesia yang ingin melepaskan diri dari penjajahan
asing utamanya Belanda ?
Jawabannya
cukup memperihatinkan dan membuat ku sedih, karena ada momentum yang tak akan
lepas dari diri kita , yaitu sebuah rasa patriotisme dan nasionalisme yang
tidak mungkin kita hilangkan begitu saja. Di zaman ini terkesan bahwa Benteng
Tujuh Lapis terabaikan. Kondisi Cagar Wisata ini sangat menyedihkan. Tidak ada
lagi yang mau merasakan bahwa tempat ini
merupakan sebuah tempat yang dimiliki oleh orang besar dinegeri ini yang tak
terbantahkan pada masa perjuangan saat itu.
Akankah kita sebagai warga Riau hanya termenung dan diam saja ?
Ayo kita buktikan
bahwa hal ini bisa kita lakukan dengan penuh kerendahan dan kebanggaan hati. Sekali lagi hal ini masih bisa dilakukan. Yaitu mari bersama-sama kita satukan pikiran, ide-ide agar
Benteng Tujuh Lapis bisa dibangun, paling
tidak hampir mirip dengan aslinya. Aku yakin, banyak pemimpin-pemimpin
Riau yang peduli dengan ini terutama dinas-dinas terkait, baik daerah maupun
pusat. Setahuku, bangsaku adalah sebuah bangsa yang besar dan selalu
mendengung-dengungkan “BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PARA
PAHLAWANNYA”.
“Tuanku Tambusai adalah seorang Pahlawan
Nasional, yang tak lepas dari Benteng Tujuh Lapis.” Hanya hal itu yang bisa
kita kenang pada saat ini dan berdampaklah pada anak cucu kita nanti.
Ada juga
pepatah yang dilontarkan oleh Bapak Proklamator bangsa ini (Ir.Soekarno).
Beliau mengatakan pepatah tersebut
dengan singkatan JAS MERAH yang memiliki
kepanjangan yaitu Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.
Karena walau
bagaimanapun, Tuanku Tambusai dengan Benteng Tujuh Lapisnya merupakan bagian
dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang mudah-mudahan selalu dikenang
sepanjang masa dan selama hayat masih dikandung badan.
Dengan harapan, aku memimpikan Benteng Tujuh Lapis menjadi ajang pengenangan kembali tentang perjuangan, paling tidak saat kita berkunjung ada sebuah kenyamanan, benar-benar terpelihara dengan baik agar menjadi semangat kita didalam berkehidupan.
Sejarah
perjuangan para pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan dinegeri tercinta ini
telah membuktikan bahwa, betapa kuatnya jiwa patriotisme dan nasionalisme yang
dimiliki untuk memperjuangankan kemerdekaan agar terbebas dari segala bentuk
penindasan dan penjajahan sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Untuk lebih
mengenang dan menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme, tidak ada salahnya
kalau Benteng Tujuh Lapis ini menjadi salah satu tujuan wisata yang wajib
dikunjungi oleh para pelajar yang ada di Provinsi Riau. Karena ini juga
merupakan pembelajaran secara langsung terhadap pendidikan
pelajaran sejarah. Serta ingin memperkenalkan keberadaan Benteng Tujuh Lapis
sebagai bukti sejarah untuk mengangkat citra dan martabat Kabupaten Rokan Hulu
khususnya, dan Riau umumnya, serta ditingkat Nasional dalam kancah objek
parawisata yang potensial dan tetap terpelihara serta dilindungi keberadaannya.
Aku masih berharap besar tentang ini , yaitu barharap untuk berdiri kokohnya Benteng Tujuh Lapis, Semoga.... Amin.
Aku masih berharap besar tentang ini , yaitu barharap untuk berdiri kokohnya Benteng Tujuh Lapis, Semoga.... Amin.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar