Ceritaku untuk Riau

Sabtu, 03 November 2012

Pertahankan Benteng Tujuh Lapis



Sudah lebih dari 10 tahun  aku tinggal di Pekanbaru, dengan segala bentuk kehidupan, dengan segala tingkah polahnya. Ragam kenyamanan, kedamaian, serta kebersamaan aku temukan di kota Bertuah ini- istilah sering yang disebut oleh banyak orang.


Mengenyam pendidikan dari tingkat TK hingga SMA, aku jalani dengan penuh rasa senang dan bahagia. Dan saat ini, aku bersekolah disebuah sekolah negeri yang kata orang merupakan sekolah favorit, yaitu SMAN 1 Pekanbaru yang kata orang juga sekolahnya anak-anak pejabat Riau dan anak-anak orang kaya. Karena aku sadar, bahwa aku hanya seorang anak dari kalangan yang biasa saja, dimana orang tuaku hanyalah seorang yang bekerja serabutan. Tapi alhamdulillah , aku dapat masuk ke sana. Terima kasih Pekanbaru!

Hari ke hari , aku bersekolah melewati jalan-jalan utama dikota ini,  yang semakin hari semakin padat dengan berbagai jenis kendaraan. Hahaha... Kini Pekanbaru telah menjelma menjadi kota yang dikenal di Indonesia setelah diselenggarakannya PON (Pekan Olahraga Nasional) XVIII . Ditambah lagi dengan adanya jembatan layang atau yang dikenal dengan Fly Over. Jembatan layang tersebut begitu unik karena memiliki ukiran-ukiran khas melayu. Aku bangga dengan Pekanbaru yang semakin hari penuh dengan geliat kehidupan.

Fly Over Pekanbaru
Dari jalan-jalan yang kulalui tadi, ada sebuah nama jalan yang sangat mengusik hatiku, hingga terdapat keinginan sendiri untuk mengetahui sejarah dari pemilik nama tersebut. 

Nama itu adalah “Tuanku Tambusai”, yang apabila didengar merupakan sebuah nama yang begitu berwibawa jugalah gagah.  Dan setelah kusimak , hampir di Kabupaten atau Kota di Riau menggunakan nama beliau dan menjadikannya sebagai nama jalan utama dari masing-masing daerah tersebut. 

Kini teknologi begitu canggih, apapun berita yang kita inginkan akan mudah didapat. Melalui internet, ku tulis nama “Tuanku Tambusai”, disanalah aku mendapatkan informasi tentang “datuk” kita yang merupakan orang besar untuk negeri ini. Ternyata beliau adalah Sang Pahlawan yang menentang kependudukan  Belanda didaerah Rokan Hulu dengan pusat di Dalu-dalu bertempat di Benteng Tujuh Lapis.

Tuanku Tambusai
Beliau terlahir  5 November 1784 di Kampar Riau, dengan nama Muhammad Shaleh . Jika aku melihat dari bingkai gambar diri, beliau adalah seseorang yang berwibawa, gagah, dengan penuh ketegasan yang merupakan seorang pemimpin besar.

Tuanku Tambusai tentunya tak dapat dipisahkan dengan Benteng Tujuh Lapis yang merupakan tempat pertahanan dan mengatur strategi, sekaligus tempat untuk beristirahat bersama para pengikutnya.
Berdasarkan data yang telah kubaca dari berbagai sumber,  awalnya benteng ini  bernama Kubu Aur Duri yang dibangun tahun 1835 berada di Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.  



Dengan luas seperti sebuah perkampungan namun bertembok tebal dengan tujuh lapis terbuat dari tanah liat yang berdiri kokoh dengan ketinggian delapan meter. Diperkuat juga dengan ditambahnya penanaman bambu atau aur duri (bambu berduri) dan dibuat parit sedalam sepuluh meter dengan posisi curam, diselingi jalan pintas dan rumah-rumah jaga.  Dibagian belakang benteng, berhubungan langsung dengan Sungai Batang Sosoh. Disebaliknya juga penuh dengan pepohonan yang tebal sehingga sulit dilewati. Membayangkan konstruksi benteng itu, wajarlah kalau Belanda harus berkali-kali berusaha menaklukannya, karena usaha penaklukan tersebut selalu gagal. Betapa hebat dan terencananya pembuatan Benteng Tujuh Lapis ini, hingga sulit ditembus oleh musuh. 

Melalui pertempuran yang sengit, pada tanggal 28 Desember 1835 Benteng Tujuh Lapis akhirnya jatuh ke tangan Belanda, namun Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri lewat pintu rahasia dari kepungan Belanda dan sekutunya untuk mengasingkan diri. Oleh Belanda beliau digelari “De Padrische Tijger van Rokan” atau yang artinya "Harimau Padri dari Rokan". Gelar tersebut didapati karena beliau sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan pihak Belanda.

Dalam pengasingan di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, pada tanggal 12 November 1882, beliau wafat.

Atas jasa-jasa yang telah beliau perbuat, melalui surat keputusan (SK)  Presiden Republik Indonesia tanggal 7 Agustus 1985 NO.071/TK/Tahun 1995, Tuanku Tambusai diangkat menjadi seorang pahlawan nasional. Hal ini merupakan sebuah penghargaan yang pantas disematkan didirinya mengingat beliau dengan penuh keikhlasan, kegigihan, serta pantang menyerah berusaha untuk mempertahankan salah satu bagian dari “tumpah darah” Indonesia.
Setelah satu abad berlalu, bagaimanakah keadaan Benteng Tujuh Lapis yang merupakan bagian dari perjuangan bangsa Indonesia yang ingin melepaskan diri dari penjajahan asing utamanya Belanda ?
Jawabannya cukup memperihatinkan dan membuat ku sedih, karena ada momentum yang tak akan lepas dari diri kita , yaitu sebuah rasa patriotisme dan nasionalisme yang tidak mungkin kita hilangkan begitu saja. Di zaman ini terkesan bahwa Benteng Tujuh Lapis terabaikan. Kondisi Cagar Wisata ini sangat menyedihkan. Tidak ada lagi yang mau merasakan  bahwa tempat ini merupakan sebuah tempat yang dimiliki oleh orang besar dinegeri ini yang tak terbantahkan pada masa perjuangan saat itu.

Akankah kita sebagai warga Riau hanya termenung dan diam saja ?

Ayo kita buktikan bahwa hal ini bisa kita lakukan dengan penuh kerendahan dan kebanggaan hati. Sekali lagi hal ini masih bisa dilakukan. Yaitu mari bersama-sama kita satukan pikiran, ide-ide agar Benteng Tujuh Lapis bisa dibangun, paling  tidak hampir mirip dengan aslinya. Aku yakin, banyak pemimpin-pemimpin Riau yang peduli dengan ini terutama dinas-dinas terkait, baik daerah maupun pusat. Setahuku, bangsaku adalah sebuah bangsa yang besar dan selalu mendengung-dengungkan “BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PARA PAHLAWANNYA”.

 “Tuanku Tambusai adalah seorang Pahlawan Nasional, yang tak lepas dari Benteng Tujuh Lapis.” Hanya hal itu yang bisa kita kenang pada saat ini dan berdampaklah pada anak cucu kita nanti.

Ada juga pepatah yang dilontarkan oleh Bapak Proklamator bangsa ini (Ir.Soekarno). Beliau mengatakan  pepatah tersebut dengan singkatan  JAS MERAH yang memiliki kepanjangan yaitu  Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah

Karena walau bagaimanapun, Tuanku Tambusai dengan Benteng Tujuh Lapisnya merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang mudah-mudahan selalu dikenang sepanjang masa dan selama hayat masih dikandung badan.



Dengan harapan, aku memimpikan Benteng Tujuh Lapis menjadi ajang pengenangan kembali tentang perjuangan, paling tidak saat kita berkunjung ada sebuah kenyamanan, benar-benar terpelihara dengan baik agar menjadi semangat kita didalam berkehidupan.

Sejarah perjuangan para pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan dinegeri tercinta ini telah membuktikan bahwa, betapa kuatnya jiwa patriotisme dan nasionalisme yang dimiliki untuk memperjuangankan kemerdekaan agar terbebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Untuk lebih mengenang dan menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme, tidak ada salahnya kalau Benteng Tujuh Lapis ini menjadi salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi oleh para pelajar yang ada di Provinsi Riau. Karena ini juga merupakan pembelajaran secara langsung terhadap pendidikan pelajaran sejarah. Serta ingin memperkenalkan keberadaan Benteng Tujuh Lapis sebagai bukti sejarah untuk mengangkat citra dan martabat Kabupaten Rokan Hulu khususnya, dan Riau umumnya, serta ditingkat Nasional dalam kancah objek parawisata yang potensial dan tetap terpelihara serta dilindungi keberadaannya.

Aku masih berharap besar tentang ini , yaitu  barharap untuk berdiri kokohnya Benteng Tujuh Lapis, Semoga.... Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar